Rabu, 31 Oktober 2012

POLARIMETRI dan REFRAKTOMETER :)

Diposting oleh AzizaH_smak di 01.20 0 komentar
 
Kelompok 1B.2
Rachmawati Atika Yuza (A.102.08.049)
Rakhel Yeska K (A.102.08.050)
Rizka Restya Sari (A.102.08.055)
Sakinah Nur Azizah (A.102.08.056)
 
 
POLARIMETRI
Polarimetri adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada pengukuran daya putaran optis dari suatu larutan. Daya putaran optis adalah kemampuan suatu zat untuk memutar bidang getar sinar terpolarisir. Sinar terpolarisir merupakan suatu sinar yang mempunyai satu arah bidang getar dan arah tersebut tegak lurus terhadap arah rambatannya. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ), fruktosa.
Polarimeter dapat digunakan untuk :
1.      Menganalisa zat yang optis aktif
2.      Mengukur kadar gula
3.      Penentuan antibiotik dan enzim
Syarat senyawa yang bisa dianalisa dengan polarimetri adalah :
1.      Memiliki struktur bidang kristal tertentu ( dijumpai pada zat padat)
2.     Memiliki struktur molekul tertentu atau biasanya dijumpai pada zat cair. Struktur molekul adalah struktur yang asimetris,  seperti pada glukosa.
Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis  suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir  oleh senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu :
1.      Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam.
2.      Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran jarum jam.
Jenis – jenis polarimeter :
1.      Spektropolarimeter
Merupakan satu jenis polarimeter yang dapat digunakan untuk mengukur aktifitas optik dan besarnya penyerapan. Pada alat ini mula – mula sinar berada dari lampu akan melalui suatur monokromator dan melewati suatu polarisator untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Polarisator ini berhubungan langsung dengan modulator yang berguna untuk menghatur tingkat sinar yang terpolarisasi secara elektris yang dapat diamati pada servo amplifier. Kemudian sinar melewati sampel dan analisator sebelum mencapai tabung pengadaan sinar, dan dapat dilakukan dengan pengamatan pada indikator.
2.      Optical rotatory dispersion ( ORD )
Alat ini merupakan modifikasi dari spektropolarimeter, prinsipnya sama dengan spektropolarimeter, tetapi terdapat perbedaan yaitu pada ORD ini sinar diatur berdasarkan tingkat polarisasinya, yaitu pada frekuensi 12 Hz oleh motor driven yang menyebabkan polarisator bergerak – gerak dan membentuk sudut 1 atau 2 derajat atau lebih. Selain itu servoamplifiernya hanya dapat merespon pada frekuensi 12 Hz sehingga servomotor akan mengatur analisator secara kontinu dan servomotor juga memposisikan penderkorder untuk menghasilkan suatu grafik.
3.      Circular Dichroism Apparatus ( CDA )
CDA ini merupakan modifikasi dari spektrofotometer konfensional yang digunakan untuk menentukan dua serapan atau absorban. Nilai polarisasi sekular ini dapat ditentukan dalam 2 langkah, yaitu yang pertama sinar harus mengalami polarisasi bidang dan kedua yaitu sinar terpolarisasi tersebut diubah menjadi komponen terpolarisasi sirkular kanan dan sirkular kiri. Untuk mengubah komponen menjadi terpolarisasi sekular kanan dan kiri, dapat digunakan tiga tipe alat, yaitu the Fresnel rhomb, modulator pockets elektro-optik dan modulator tekanan photo-elastic.
4.      Saccarimeter
Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan kadar gula.
Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi warna dan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis. Untuk menghasilkan sinar monokromatis, maka digunakan suatu filter atau sumber sinar tertentu. Sinar monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang terdiri dari suatu kristal yang mempunyai sifat seperti layar yang dapat menghalangi jalannya sinar, sehingga dihasilkan sinar yang hanya mempunyai satu arah bidang getar yang disebut sebagai sinar terpolarisasi. Rotasi spesifik disimbolkan dengan [α]   sehingga dapat dirumuskan :
[α]    = α / dc
Dimana :   
α = besar sudut yang terpolarisasi oleh suatu larutan dengan konsentrasi c gram zat terlarut per mL larutan.
d = merupakan panjang lajur larutan ( dm )
c = merupakan konsentrasi ( gram/mL ).
Karena panjang gelombang yang sering digunakan adalah 589,3 nm yaitu garis D lampu natrium dan suhu standar 20oC, maka [α]T  ditulis menjadi [α].
Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah sebagai berikut :
1.      Jenis zat.
Masing – masing zat memberikan sudut putaran yang berbeda terhadap bidang getar sinar terpolarisir.
2.      Panjang lajur larutan dan panjang tabung.
Jika lajur larutan diperbesar maka putarannya juga makin besar.
3.      Suhu.
Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini disebabkan karena zat akan memuai dengan naiknya suhu sehingga  zat yang berada dalam tabung akan berkurang.
4.      Konsentrasi zat
Konsentrasi sebanding dengan sudut putaran, jika konsentrasi dinaikkan maka putarannya semakin besar.
5.      Jenis sinar ( panjang gelombang)
Pada panjang gelombang yang berbeda zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda.
6.      Pelarut
Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut yang berbeda.
Komponen-komponen alat polarimeter adalah:
1.      Sumber Cahaya monokromatis
Yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar monokromatis. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah lampu D Natrium dengan panjang gelombang 589,3 nm. Selain itu juga dapat digunakan lampu uap raksa dengan panjang gelombang 546 nm.
2.      Lensa kolimator
Berfungsi mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau dari sumber cahaya sebelum masuk ke polarisator.
3.      Polarisator dan Analisator.
Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Sedangkan analisator berfungsi untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi. Yang digunakan sebagai polarisator dan analisator adalah prisma nikol. Prisma setengah nikol merupakan alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan terang gelap dan gelap terang.                                                                                                   
4.      Skala lingkar.
Merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan skalanya dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-baur.
5.      Wadah sampel ( tabung polarimeter )
Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup dikedua ujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran kecil, biasanya mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah sampel ini harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak bileh ada gelembung udara yang terperangkap didalamnya.
6.      Detektor.
Pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata, sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik.
Sinar monokromatis dari lampu natrium akan melewati lensa kolimator sehingga berkas sinarnya dibuat paralel. Kemudian dipolarisasikan oleh prisma kalsit atau prisma nikol polarisator. Sinar yang terpolarisasi akan diteruskan keprisma setengah nikol untuk mendapatkan bayangan setengah dan akan melewati sampel yang terdapat dalam tabung kaca yang tertutup pada kedua ujungnya yang panjangnya diketahui. Sampel tersebut akan memutar bidang getar sinar terpolarisasi ke kanan atau ke kiri dan dianalisa oleh analisator. Besarnya sudut putaran oleh sampel dapat dilihat pada skala lingkar yang diiamati dengan mata. 
 
 
 
REFRAKTOMETER
 
 
 



Refraktometer adalah alat ukur untuk menentukan indeks cairan atau padat, bahan transparan dengan refrektometry. Prinsip pengukuran: oleh cahaya, penggembalaan kejadian, total refleksi. Ini adalah pembiasan (refraksi) atau refleksi total cahaya yang digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan 3 prinsip, satu dengan indeks bias disebut prisma. Cahaya merambat dalam transisi antara pengukuran prisma dan media sampel (cairan) dengan kecepatan yang berbeda indeks bias diketahui dari media sampel diukur dengan refleksi cahaya (Wikipedia, 2010).
Refraktometer analog tradisional sering digunakan sebagai sumber cahaya sinar matahari atau lampu pijar untuk berpisah dengan filter warna detektor adalah skala yang dapat dibaca dengan sistem optik, optik dengan mata. Contoh refraktometer adalah Obbe refraktometer, Pulfrich refraktometer, Woltan Stans refraktometer (1802), Jellay refraktometer (Widodo, 2010).

Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna (Swastikayana, 2009).
Telah kita ketahui bahwa ketika cahaya mengenai bidang batasan antara dua medium (misalnya udara dan larutan garam), cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan cahaya, ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium inilah yang disebut pembiasan cahaya (Kanginan, 2002).

Hukum Snellius
Hukum snellius adalah rumus matematika yang memberikan hubungan antara sudut datang dan sudut bias, ada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotropik berbeda, seperti udara dan gelas. Nama hukum ini diambil dari matematikawan Belanda Willebrord Snellius, yang merupakan salah satu penemunya. Hukum ini juga dikenal sebagai Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan (Wikipedia, 2010).
Hukum Snellius ditemukan pada tahun 1621 oleh matematikawan Belanda, Willeboard Snellius (1580 – 1626). Karena itu, kedua hukum pembiasan ini populer dengan sebutan Hukum I Snellius dan Hukum II Snellius (Kanginan, 2002).
Hukum I Snellius berbunyi: Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar. Sedangkan Hukum II Snellius berbunyi: jika sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat (misalkan dari air ke udara), maka sinar dibelokkan menjauhi garis normal (Kanginan, 2002).

Hukum ini menyebutkan bahwa nisbah sinus dan sudut bias adalah konstan, yang terkandung pada medium, perumusan lain yang ekuivalen adalah hisbah sudut datang dan sudut bias sama dengan hisbah kecepatan cahaya pada kedua medium, yang sama dengan kebalikan hisbah indeks bias.

Perumusan matematis hukum snellius adalah:
N1 . Θ1 = n2 . sin Θ2 n1= indeks bias medium pertama
Atau n2= indeks bias medium kedua
V1 . sin Θ1 = v2 . Θ2 v1= kecepatan cahaya sinar datang (m/s)
Atau v2= kecepatan cahaya sinar bias (m/s)
N1 . v1 = n2 . v2 Θ1= sudut datang
Atau Θ2= sudut bias
N1 . λ1 = n2 . λ2 λ1= panjang gelombang medium 1 (n/m)
λ2= panjang gelombang medium 2 (n/m)
(Afandi, 2008).

Indeks Bias Cahaya
Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat cahay pada suatu medium, secara sistematis:
n=c/v
n= indeks bias (n≥1)
c= kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3.108ms)
v= cepat rambat cahaya pada suatu medium
Bila larutan, misalnya larutan garam mempunyai indeks bias dengan indeks bias air murni, maka semakin besar konsentrasi larutan garam maka indeks bias semakin besar pula. Dengan sifat tersebut, maka perubahan indeks bias dapat dapat memantulkan kementriannya (Afandi, 2008).

Selasa, 16 Oktober 2012

Diposting oleh AzizaH_smak di 23.02 0 komentar

Kelompok 1B.2
Rachmawati Atika Yuza (A.102.08.049)
Rakhel Yeska K (A.102.08.050)
Rizka Restya Sari (A.102.08.055)
Sakinah Nur Azizah (A.102.08.056)


TURBIDIMETER


Turbiditas merupakan pengukuran optik dari hamburan sinar yang dihasilkan. Hamburan sinar terjadi karena interaksi antara sinar yang diberikan dengan partikel suspensi yang terdispersi dalam larutan. Partikel-partikel suspensi tersebut dapat berupa lempung alga, material organik, mikroorganisme, material koloid dan bahkan molekul besar sekalipun seperti tannin dan lignin(Saidar,et.al, 2002).

Metode yang biasa digunakan untuk mengukur turbiditas suatu larutan adalah turbidimetri dengan alat turbidimeter. Dasar dari analisis turbidimetri adalah pengukuran intensitas cahaya yang ditranmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi, bilamana cahaya dilewatkan melalui suspensi maka sebagian dari energi radiasi yang jatuh dihamburkan dengan penyerapan, pemantulan, dan sisanya akan ditranmisikan (Khopkar, 2003).

Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan sebagai dasar pengukuran(Day and Underwood, 2002). Di bawah ini adalah salah satu contoh turbidimeter beserta aksesoris lainnya,























Keistimewaan :
• hasil pembacaan langsung bentuk digital dalam range 0-1000 NTU
• sangat ideal untuk monitoring pengatur, pengawasan proses, atau studi lapangan
• dua sistem optikal detektornya dikompensasi/diimbangi dengan warna dalam sampel, cahaya fruktuasi dan cahaya sesatan 

Cara penggunaan / prosedur :

  1.  Tuangkan atau isikan sebagian sampel ke dalam cell hingga garis batas atas(kira-kira 15 mL)
  2. Usap cell menggunakan kain atau tissue yang bersih untuk menghilangkan noda air atau bekas sidik jari
  3. Tekan tombol I/O
    Instrumen akan terbuka,kemudian tempatkan instrumen pada suatu permukaan (kokoh)/flat.dan jangan memegang instrumen ketika sedang melakukan pengukuran.
  4.  Masukkan cell sampel dalam ruang cell dengan mengorientasikan tanda garis pada bagian depan ruang cell
  5.  Masukkan cell sampel dalam ruang cell dengan mengorientasikan tanda garis pada bagian depan ruang cell
  6.  Memilih mode sinyal rata-rata dengan menekan tombol SIGNAL AVERAGE. Dan monitor akan menunjukkan SIG AVG ketika instrumen sedang menggunakan mode sinyal rata-rata
  7. Tekan: READ
    Monitor akan menunjukkan --- NTU,kemudian angka turbiditas akan muncul (dalam) NTU. Rekam atau catat angka turbiditas setelah simbol lampu padam




pHmeter 


Rangkaian instrumen pH meter pada dasarnya tidak lebih daripada suatu voltmeter yang ditmpilkan dalam satuan pH unit sebagai ganti satuan volt. Impedensi masukan pada indikator meter harus sangat tinggi karena ketahananya tinggi pula (kira-kira 20 sampai 1000 M ) daripada alat pendeteksi elektrode kaca secara khusus digunakan dalam pH meter. Rangkaian sirkit suatu pH meter sederhana pada umumnya terdiri dari penguat operasional (Amplifier) yang di dalamya dapat membalikkan bentuk wujud dari satuan volt ke satuan pH, dengan perolehan total voltase sekitar - 17. Amplifier Pembalikan mengkonversi voltase yang kecil yang diproduksi oleh alat pendeteksi (- 0.059 volt/pH di dalam larutan netral, + 0.059 volt/pH di dalam larutan asam) ke dalam pH unit, yang kemudian akan diterjemahkan setiap 7 volt ke dalam skala pH.







Kalibrasi harus dilakukan paling sedikit dengan dua orang, tetapi lebih baik 
dilakukan oleh tiga orang atau lebih dan biasanya larutan yang digunakan adalah 
larutan standard, meskipun saat ini instrumen modern dapat tetap menjaga kalibrasi 
hingaa suatu bulan. Salah satu dari larutan penyangga mempunyai pH 7.01 ( 
mendekati pH netral) dan larutan penyangga yang kedua dipilih untuk menyamakan 
pH itu yang mencakup di mana pengukuran itu diambil: pada umumnya pH 10.01 
untuk larutan standard dan pH 4.01 untuk larutan asam ( Haruslah dicatat bahwa pH 
larutan kalibrasi hanya sah pada suhu 25°C). Perolehan hasil yang ditunjukkan pada

meter disesuaikan berulang-kali sebagai pemeriksaan secara berurutan dan 
ditempatkan pada dua kalibrasi yang baku sampai pembacaan akurat diperoleh pada 
kedua larutan. Pada instrumen modern sudah dengan sendirinya mengotomatiskan 
proses ini dan hanya memerlukan sekali saja pada setiap larutan, atau paling tidak 
dua kali. 
Proses Kalibrasi adalah hubungkan antara voltase yang diproduksi oleh alat 
pendeteksi (kira-kira 0.06 volt per pH unit) dengan skala pH. Setelah kalibrasi, alat 
pendeteksi dibilas dengan air deionized untuk menghilangkan jejak dari larutan 
alkali, dikeringkan dengan tisu bersih untuk menyerap semua sisa air yang bisa 
melemahkan sampel, dengan begitu, pada penggunaan berikutnya dapat dilakukan 
dengan cepat dan tinggal memasukkan ke dalam larutan saja. diantara penggunaan,

ujung alat pendeteksi, yang harus dijaga agar tetap basah setiap waktu, dan dijaga 
agar tetap terbenam volume larutan penyimpanan yang kecil, yang mana adalah 
suatu larutan acidic di sekitar pH 3.0. 
Namun sebagai alternatif, larutan kalibrasi dengan pH 7.01 dapat digunakan,

tetapi ini akan mengakibatkan suatu kebutuhan untuk kalibrasi yang lebih sering. Di 
(dalam) suatu keadaan darurat, air leding dapat digunakan, tetapi air destilasi atau air 
deionised harus tidak pernah digunakan untuk masukan yang lama sebagai tempat 
penyimpanan alat pendeteksi karena secara relatif air yang tanpa ion akan dapat ' 
menghisap' ion ke luar dari alat pendeteksi, yang dapat menurunkan ion pada alat

pendeteksi itu.





Rabu, 10 Oktober 2012

Diposting oleh AzizaH_smak di 21.38 0 komentar

kelompok 1B.2

Rachmawati Atika Yuza (A.102.08.049)
Rakhel Yeska K (A.102.08.050)
Rizka Restya Sari (A.102.08.055)
Sakinah Nur Azizah (A.102.08.056)

CENTRIFUGE & VISCOMETER
Centrifuge adalah suatu alat yang digunakan untuk memisahkan senyawa dengan berat molekul yang berbeda dengan memanfaatkan gaya centrifuge. Dimana partikel yang berat akan tertinggal di dasar tabung dan dapat digunakan untuk suatu pemeriksaan.
Berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi:
1.General Purpose Centrifuge
Centrifuge yang biasanya diletakkan di meja yang digunakan untuk pemisahan urine, serum, plasma,dll.
2. Micro Centrifuge
3. Speciality Centrifuge
Speciality centrifuge merupakan centrifuge yang dipakai untuk keperluan yang lebih spesifik. Seperti microhematokrit  centrifuge dan blood blank centrifuge.

Viscometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur viskositas dari fluida . Untuk cairan dengan viskositas yang bervariasi dengan kondisi aliran , alat yang disebut rheometer digunakan. Alat ukur kekentalan hanya mengukur di bawah satu kondisi aliran.

Viscometer kapiler

Prinsip penggunaannya: viscositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara dua tanda ketika mengalir karena grafitasi melalui viscometer Ostwald.

Viscometer hoppler
 Prinsip penggunaannya: berdasarkan hukum stokes pada kecepatan bol maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya Archimedes.

Viscometer cup dan bob
Prinsip penggunaaannya: sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis di tengah tengah.

Selasa, 02 Oktober 2012

Diposting oleh AzizaH_smak di 03.39 0 komentar

kelompok 1B.2

Rachmawati Atika Yuza (A.102.08.049)
Rakhel Yeskha (A.102.08.050)
Rizka Restya Sari (A.102.08.055)
Sakinah Nur Azizah (A.102.08.056)


MIKROSKOP

 

1 MIKROSKOP 

A. PENDAHULUAN

Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains,
khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati
obyek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan
manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Untuk mengetahui mikroskop maka perlu
diketahui komponen mikroskop, macam mikroskop, penggunaan dan pemeliharaannya.
 
B. MATERI

1. Komponen Mikroskop


 
a. Kaki

Kaki berfungsi menopang dan memperkokoh kedudukan mikroskop. Pada kaki
melekat lengan dengan semacam engsel, pada mikroskop sederhana (model student).

b. Lengan 

Dengan adanya engsel antara kaki dan lengan, maka lengan dapat ditegakkan atau
direbahkan. Lengan dipergunakan juga untuk memegang mikroskop pada saat
memindah mikroskop.

c. Cermin.

Cermin mempunyai dua sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin cekung, berfungsi
untuk memantulkan sinar dan sumber sinar. Cermin datar digunakan bila sumber
sinar cukup terang, dan cermin cekung digunakan bila sumber sinar kurang. Cermin
dapat lepas dan diganti dengan sumber sinar dari lampu. Pada mikroskop model baru,
sudah tidak lagi dipasang cermin, karena sudah ada sumber cahaya yang terpasang
pada bagian bawah (kaki).

d. Kondensor

Kondensor tersusun dari lensa gabungan yang berfungsi mengumpulkan sinar.

e. Diafragma

Diafragma berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk dengan mengatur
bukaan iris. Letak diafragma melekat pada diafragma di bagian bawah. Pada
mikroskop sederhana hanya ada diafragma tanpa kondensor.

f. Meja preparat

Meja preparat merupakan tempat meletakkan objek (preparat) yang akan dilihat.
Objek diletakkan di meja dengan dijepit dengan oleh penjepit. Dibagian tengah meja
terdapat lengan untuk dilewat sinar. Pada jenis mikroskop tertentu,kedudukan meja
tidak dapat dinaik atau diturunkan. Pada beberapa mikroskop, terutama model
terbaru, meja preparat dapat dinaik-turunkan.

g. Tabung.

Di bagian atas tabung melekat lensa okuler, dengan perbesaran tertentu (15X,
10X, dan 15 X). Dibagian bawah tabung terdapat alat yang disebut revolver. Pada
revolver tersebut terdapat lensa objektif.

h. Lensa obyektif

Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini
menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir. Ciri
penting lensa obyektif adalah memperbesar bayangan obyek dengan perbesaran
beraneka macam sesuai dengan model dan pabrik pembuatnya, misalnya 10X, 40X,
dan 100X dan mempunyai nilai apertura (NA). Nilai apertura adalah ukuran daya
pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga
mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang
terpisah.

i. Lensa Okuler

Lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung, berdekatan dengan
mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan
oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 - 25 kali.

j. Pengatur Kasar dan Halus

Komponen ini letaknya pada bagian lengan dan berfungsi untuk mengatur
kedudukan lensa objektif terhadap objek yang akan dilihat. Pada mikroskop dengan
tabung lurus/tegak, pengatur kasar dan halus untuk menaikturunkan tabung sekaligus
lensa onbjektif. Pada mikroskop dengan tabung miring, pengatur kasar dan halus
untuk menaikturunkan meja preparat.

2. Macam-macam Mikroskop

Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu
mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan cmikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo).
Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan
mikroskop elektron.

a. Mikroskop Cahaya



Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop mempunyai
kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya
memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan
lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa
berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop
terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah
tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang
ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop
yang lain. Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang
dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat dibawah kondensor.
Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada mikroskop modern
sudah dilengkapi lampu sebagai pengganti sumber cahaya matahari.

b. Mikroskop Stereo



Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda
yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda
yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi. Komponen utama
mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan
lensa obyektif. Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa
mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat
melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga
obyek yang tebal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa
obyektif menggunakan sistem zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali, sehingga
perbesaran total obyek maksimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat.
Pada daerah dekat lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator.
Pengatur fokus obyek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran
terletak diatas pengatur fokus.

c. Mikroskop Elektron



Sebagai gambaran mengenai mikroskop elektron kita uraikan sedikit dalam buku ini.
Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100 ribu kali, elektron digunakan sebagai
pengganti cahaya. Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu mikroskop elektron scanning
(SEM) dan mikroskop elektron transmisi (TEM). SEM digunakan untuk studi detil arsitektur
permukaan sel (atau struktur renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi. Sedangkan
TEM digunakan untuk mengamati struktur detil internal sel.




3. Penggunaan Mikroskop

Hal-hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan mikroskop
a. Selalu membawa mikroskop dengan dua tangan.
 b. Bila menggunakan preparat basah, tabung mikroskop selalu dalam keadaan tegak, berarti
meja dalam keadaan datar. Ini berlaku bagi mikroskop dg. Tabung tegak, tidak berlaku
untuk mikroskop dg. Tabung miring
c. Preparat basah harus selalu ditutup dg. Gelas penutup saat dilihat di bawah mikroskop
d. Selalu menjaga kebersihan lensa-lensa mikroskop termasuk cermin.
e. Bila ada bagian mikroskop yang bekerja kurang baik/hilang segera laporkan kepada
laboran.
f. Tidak dibenarkan melepas lensa-lensa mikroskop dari tempatnya.
g. Setelah selesai menggunakan mikroskop, pasang lensa objektif dg. Perbesaran paling
rendah pada kedudukan lurus ke bawah.
Bagaimana kita dapat mengamati suatu objek atau preparat dengan mikroskop?
Langkah yang dilakukan agar kita dapat mengamati suatu objek atau preparat dengan
menggunakan mikroskop
a. Pastikan meja preparat dalam keadaan datar dan lensa objektif perbesaran rendah,
dipasang pada kedudukan segaris sumbu dengan lensa okuler.
b. Melihat melalui okuler dengan satu mata (untuk mikroskop monokuler) dan dua mata
(untuk mikroskop binokuler). Sesuaikan cermin agar sinar cukup tersedia atau nyalakan
lampu serta sesuaikan jumlah sinar yang diperlukan. Sesuaikan lubang diafragma
sehingga sinar yang diterima mata optimal (tidak terlalu terang atau redup).
c. Jauhkan lensa objektif dari meja preparat dengan memutar pengatur kasar searah jarum
jam. Letakkan preparat di bawah objektif. Dengan melihat dari samping, sesuaikan lensa
objektif perbesaran rendah pada jarak kira-kira 1 cm dari preparat. Lihat lagi melalui
okuler, dan naikkan meja preparat dengan pemutar kasar kemudian gunakan pengatur
halus sampai preparat jelas terlihat.
d. Lihat lagi dr. samping, dengan hati-hati putar objektif dg perbesaran yg lebih tinggi
(misalnya 45x) pada kedudukannya. Perhatikan agar lensa tidak menyingung preparat,
kmd lihat lagi melalui okuler dan fokuskan preparat dengan memutar pemutar halus
secara perlahan ke arah berlawanan jarum jam. Sesuaikan pencahayaan.
e. Amati preparat, apabila perlu digambar
f. Bila pengamatan telah selesai putar revolver objektif ke perbesaran rendah, naikkan
tabung atau turunkan meja, setelah itu ambil preparat dari meja preparat.

4. Pemeliharaan Mikroskop

a. Mikroskop harus disimpan ditempat sejuk, kering, bebas debu, bebas dari uap asam-basa.
Tempat penyimpanan yang sesuai adalah kotak mikroskop yang dilengkapi silica gel,
yang bersifat higroskopis sehingga lingkungan mikroskop tidak lembab. Selain itu dapat
pula dalam almari yang diberi lampu
b. Bagian mikroskop non-optik dapat dibersihkan dengan kain flanel. Untuk membersihkan
debu yang terselip dapat dengan kuas kecil atau kuas lensa kamera, serta alat semprot
atau kuas lembut.
c. Bersihkan kotoran, berkas jari, minyak dan lain-lain pada lensa dengan menggunakan
kain lensa, tissue atau kain lembut yang dibasahi sedikit alkohol-ether atau isopropil
alkohol. Jangan sekali-kali membersihkan lensa dengan saputangan atau kain
d. Bersihkan badan mikroskop dan lengan dengan kain lembut dengan sedikit deterjen.
e. Sisa minyak imersi pada lensa objektif dapat dibersihkan dengan xilol (xylene). Hati-hati
xilol dapat merusak bahan plastik.

Rabu, 31 Oktober 2012

POLARIMETRI dan REFRAKTOMETER :)

 
Kelompok 1B.2
Rachmawati Atika Yuza (A.102.08.049)
Rakhel Yeska K (A.102.08.050)
Rizka Restya Sari (A.102.08.055)
Sakinah Nur Azizah (A.102.08.056)
 
 
POLARIMETRI
Polarimetri adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada pengukuran daya putaran optis dari suatu larutan. Daya putaran optis adalah kemampuan suatu zat untuk memutar bidang getar sinar terpolarisir. Sinar terpolarisir merupakan suatu sinar yang mempunyai satu arah bidang getar dan arah tersebut tegak lurus terhadap arah rambatannya. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ), fruktosa.
Polarimeter dapat digunakan untuk :
1.      Menganalisa zat yang optis aktif
2.      Mengukur kadar gula
3.      Penentuan antibiotik dan enzim
Syarat senyawa yang bisa dianalisa dengan polarimetri adalah :
1.      Memiliki struktur bidang kristal tertentu ( dijumpai pada zat padat)
2.     Memiliki struktur molekul tertentu atau biasanya dijumpai pada zat cair. Struktur molekul adalah struktur yang asimetris,  seperti pada glukosa.
Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis  suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir  oleh senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu :
1.      Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam.
2.      Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran jarum jam.
Jenis – jenis polarimeter :
1.      Spektropolarimeter
Merupakan satu jenis polarimeter yang dapat digunakan untuk mengukur aktifitas optik dan besarnya penyerapan. Pada alat ini mula – mula sinar berada dari lampu akan melalui suatur monokromator dan melewati suatu polarisator untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Polarisator ini berhubungan langsung dengan modulator yang berguna untuk menghatur tingkat sinar yang terpolarisasi secara elektris yang dapat diamati pada servo amplifier. Kemudian sinar melewati sampel dan analisator sebelum mencapai tabung pengadaan sinar, dan dapat dilakukan dengan pengamatan pada indikator.
2.      Optical rotatory dispersion ( ORD )
Alat ini merupakan modifikasi dari spektropolarimeter, prinsipnya sama dengan spektropolarimeter, tetapi terdapat perbedaan yaitu pada ORD ini sinar diatur berdasarkan tingkat polarisasinya, yaitu pada frekuensi 12 Hz oleh motor driven yang menyebabkan polarisator bergerak – gerak dan membentuk sudut 1 atau 2 derajat atau lebih. Selain itu servoamplifiernya hanya dapat merespon pada frekuensi 12 Hz sehingga servomotor akan mengatur analisator secara kontinu dan servomotor juga memposisikan penderkorder untuk menghasilkan suatu grafik.
3.      Circular Dichroism Apparatus ( CDA )
CDA ini merupakan modifikasi dari spektrofotometer konfensional yang digunakan untuk menentukan dua serapan atau absorban. Nilai polarisasi sekular ini dapat ditentukan dalam 2 langkah, yaitu yang pertama sinar harus mengalami polarisasi bidang dan kedua yaitu sinar terpolarisasi tersebut diubah menjadi komponen terpolarisasi sirkular kanan dan sirkular kiri. Untuk mengubah komponen menjadi terpolarisasi sekular kanan dan kiri, dapat digunakan tiga tipe alat, yaitu the Fresnel rhomb, modulator pockets elektro-optik dan modulator tekanan photo-elastic.
4.      Saccarimeter
Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan kadar gula.
Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi warna dan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis. Untuk menghasilkan sinar monokromatis, maka digunakan suatu filter atau sumber sinar tertentu. Sinar monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang terdiri dari suatu kristal yang mempunyai sifat seperti layar yang dapat menghalangi jalannya sinar, sehingga dihasilkan sinar yang hanya mempunyai satu arah bidang getar yang disebut sebagai sinar terpolarisasi. Rotasi spesifik disimbolkan dengan [α]   sehingga dapat dirumuskan :
[α]    = α / dc
Dimana :   
α = besar sudut yang terpolarisasi oleh suatu larutan dengan konsentrasi c gram zat terlarut per mL larutan.
d = merupakan panjang lajur larutan ( dm )
c = merupakan konsentrasi ( gram/mL ).
Karena panjang gelombang yang sering digunakan adalah 589,3 nm yaitu garis D lampu natrium dan suhu standar 20oC, maka [α]T  ditulis menjadi [α].
Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah sebagai berikut :
1.      Jenis zat.
Masing – masing zat memberikan sudut putaran yang berbeda terhadap bidang getar sinar terpolarisir.
2.      Panjang lajur larutan dan panjang tabung.
Jika lajur larutan diperbesar maka putarannya juga makin besar.
3.      Suhu.
Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini disebabkan karena zat akan memuai dengan naiknya suhu sehingga  zat yang berada dalam tabung akan berkurang.
4.      Konsentrasi zat
Konsentrasi sebanding dengan sudut putaran, jika konsentrasi dinaikkan maka putarannya semakin besar.
5.      Jenis sinar ( panjang gelombang)
Pada panjang gelombang yang berbeda zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda.
6.      Pelarut
Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut yang berbeda.
Komponen-komponen alat polarimeter adalah:
1.      Sumber Cahaya monokromatis
Yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar monokromatis. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah lampu D Natrium dengan panjang gelombang 589,3 nm. Selain itu juga dapat digunakan lampu uap raksa dengan panjang gelombang 546 nm.
2.      Lensa kolimator
Berfungsi mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau dari sumber cahaya sebelum masuk ke polarisator.
3.      Polarisator dan Analisator.
Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Sedangkan analisator berfungsi untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi. Yang digunakan sebagai polarisator dan analisator adalah prisma nikol. Prisma setengah nikol merupakan alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan terang gelap dan gelap terang.                                                                                                   
4.      Skala lingkar.
Merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan skalanya dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-baur.
5.      Wadah sampel ( tabung polarimeter )
Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup dikedua ujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran kecil, biasanya mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah sampel ini harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak bileh ada gelembung udara yang terperangkap didalamnya.
6.      Detektor.
Pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata, sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik.
Sinar monokromatis dari lampu natrium akan melewati lensa kolimator sehingga berkas sinarnya dibuat paralel. Kemudian dipolarisasikan oleh prisma kalsit atau prisma nikol polarisator. Sinar yang terpolarisasi akan diteruskan keprisma setengah nikol untuk mendapatkan bayangan setengah dan akan melewati sampel yang terdapat dalam tabung kaca yang tertutup pada kedua ujungnya yang panjangnya diketahui. Sampel tersebut akan memutar bidang getar sinar terpolarisasi ke kanan atau ke kiri dan dianalisa oleh analisator. Besarnya sudut putaran oleh sampel dapat dilihat pada skala lingkar yang diiamati dengan mata. 
 
 
 
REFRAKTOMETER
 
 
 



Refraktometer adalah alat ukur untuk menentukan indeks cairan atau padat, bahan transparan dengan refrektometry. Prinsip pengukuran: oleh cahaya, penggembalaan kejadian, total refleksi. Ini adalah pembiasan (refraksi) atau refleksi total cahaya yang digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan 3 prinsip, satu dengan indeks bias disebut prisma. Cahaya merambat dalam transisi antara pengukuran prisma dan media sampel (cairan) dengan kecepatan yang berbeda indeks bias diketahui dari media sampel diukur dengan refleksi cahaya (Wikipedia, 2010).
Refraktometer analog tradisional sering digunakan sebagai sumber cahaya sinar matahari atau lampu pijar untuk berpisah dengan filter warna detektor adalah skala yang dapat dibaca dengan sistem optik, optik dengan mata. Contoh refraktometer adalah Obbe refraktometer, Pulfrich refraktometer, Woltan Stans refraktometer (1802), Jellay refraktometer (Widodo, 2010).

Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna (Swastikayana, 2009).
Telah kita ketahui bahwa ketika cahaya mengenai bidang batasan antara dua medium (misalnya udara dan larutan garam), cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan cahaya, ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium inilah yang disebut pembiasan cahaya (Kanginan, 2002).

Hukum Snellius
Hukum snellius adalah rumus matematika yang memberikan hubungan antara sudut datang dan sudut bias, ada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotropik berbeda, seperti udara dan gelas. Nama hukum ini diambil dari matematikawan Belanda Willebrord Snellius, yang merupakan salah satu penemunya. Hukum ini juga dikenal sebagai Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan (Wikipedia, 2010).
Hukum Snellius ditemukan pada tahun 1621 oleh matematikawan Belanda, Willeboard Snellius (1580 – 1626). Karena itu, kedua hukum pembiasan ini populer dengan sebutan Hukum I Snellius dan Hukum II Snellius (Kanginan, 2002).
Hukum I Snellius berbunyi: Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar. Sedangkan Hukum II Snellius berbunyi: jika sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat (misalkan dari air ke udara), maka sinar dibelokkan menjauhi garis normal (Kanginan, 2002).

Hukum ini menyebutkan bahwa nisbah sinus dan sudut bias adalah konstan, yang terkandung pada medium, perumusan lain yang ekuivalen adalah hisbah sudut datang dan sudut bias sama dengan hisbah kecepatan cahaya pada kedua medium, yang sama dengan kebalikan hisbah indeks bias.

Perumusan matematis hukum snellius adalah:
N1 . Θ1 = n2 . sin Θ2 n1= indeks bias medium pertama
Atau n2= indeks bias medium kedua
V1 . sin Θ1 = v2 . Θ2 v1= kecepatan cahaya sinar datang (m/s)
Atau v2= kecepatan cahaya sinar bias (m/s)
N1 . v1 = n2 . v2 Θ1= sudut datang
Atau Θ2= sudut bias
N1 . λ1 = n2 . λ2 λ1= panjang gelombang medium 1 (n/m)
λ2= panjang gelombang medium 2 (n/m)
(Afandi, 2008).

Indeks Bias Cahaya
Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat cahay pada suatu medium, secara sistematis:
n=c/v
n= indeks bias (n≥1)
c= kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3.108ms)
v= cepat rambat cahaya pada suatu medium
Bila larutan, misalnya larutan garam mempunyai indeks bias dengan indeks bias air murni, maka semakin besar konsentrasi larutan garam maka indeks bias semakin besar pula. Dengan sifat tersebut, maka perubahan indeks bias dapat dapat memantulkan kementriannya (Afandi, 2008).

Selasa, 16 Oktober 2012


Kelompok 1B.2
Rachmawati Atika Yuza (A.102.08.049)
Rakhel Yeska K (A.102.08.050)
Rizka Restya Sari (A.102.08.055)
Sakinah Nur Azizah (A.102.08.056)


TURBIDIMETER


Turbiditas merupakan pengukuran optik dari hamburan sinar yang dihasilkan. Hamburan sinar terjadi karena interaksi antara sinar yang diberikan dengan partikel suspensi yang terdispersi dalam larutan. Partikel-partikel suspensi tersebut dapat berupa lempung alga, material organik, mikroorganisme, material koloid dan bahkan molekul besar sekalipun seperti tannin dan lignin(Saidar,et.al, 2002).

Metode yang biasa digunakan untuk mengukur turbiditas suatu larutan adalah turbidimetri dengan alat turbidimeter. Dasar dari analisis turbidimetri adalah pengukuran intensitas cahaya yang ditranmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi, bilamana cahaya dilewatkan melalui suspensi maka sebagian dari energi radiasi yang jatuh dihamburkan dengan penyerapan, pemantulan, dan sisanya akan ditranmisikan (Khopkar, 2003).

Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan sebagai dasar pengukuran(Day and Underwood, 2002). Di bawah ini adalah salah satu contoh turbidimeter beserta aksesoris lainnya,























Keistimewaan :
• hasil pembacaan langsung bentuk digital dalam range 0-1000 NTU
• sangat ideal untuk monitoring pengatur, pengawasan proses, atau studi lapangan
• dua sistem optikal detektornya dikompensasi/diimbangi dengan warna dalam sampel, cahaya fruktuasi dan cahaya sesatan 

Cara penggunaan / prosedur :

  1.  Tuangkan atau isikan sebagian sampel ke dalam cell hingga garis batas atas(kira-kira 15 mL)
  2. Usap cell menggunakan kain atau tissue yang bersih untuk menghilangkan noda air atau bekas sidik jari
  3. Tekan tombol I/O
    Instrumen akan terbuka,kemudian tempatkan instrumen pada suatu permukaan (kokoh)/flat.dan jangan memegang instrumen ketika sedang melakukan pengukuran.
  4.  Masukkan cell sampel dalam ruang cell dengan mengorientasikan tanda garis pada bagian depan ruang cell
  5.  Masukkan cell sampel dalam ruang cell dengan mengorientasikan tanda garis pada bagian depan ruang cell
  6.  Memilih mode sinyal rata-rata dengan menekan tombol SIGNAL AVERAGE. Dan monitor akan menunjukkan SIG AVG ketika instrumen sedang menggunakan mode sinyal rata-rata
  7. Tekan: READ
    Monitor akan menunjukkan --- NTU,kemudian angka turbiditas akan muncul (dalam) NTU. Rekam atau catat angka turbiditas setelah simbol lampu padam




pHmeter 


Rangkaian instrumen pH meter pada dasarnya tidak lebih daripada suatu voltmeter yang ditmpilkan dalam satuan pH unit sebagai ganti satuan volt. Impedensi masukan pada indikator meter harus sangat tinggi karena ketahananya tinggi pula (kira-kira 20 sampai 1000 M ) daripada alat pendeteksi elektrode kaca secara khusus digunakan dalam pH meter. Rangkaian sirkit suatu pH meter sederhana pada umumnya terdiri dari penguat operasional (Amplifier) yang di dalamya dapat membalikkan bentuk wujud dari satuan volt ke satuan pH, dengan perolehan total voltase sekitar - 17. Amplifier Pembalikan mengkonversi voltase yang kecil yang diproduksi oleh alat pendeteksi (- 0.059 volt/pH di dalam larutan netral, + 0.059 volt/pH di dalam larutan asam) ke dalam pH unit, yang kemudian akan diterjemahkan setiap 7 volt ke dalam skala pH.







Kalibrasi harus dilakukan paling sedikit dengan dua orang, tetapi lebih baik 
dilakukan oleh tiga orang atau lebih dan biasanya larutan yang digunakan adalah 
larutan standard, meskipun saat ini instrumen modern dapat tetap menjaga kalibrasi 
hingaa suatu bulan. Salah satu dari larutan penyangga mempunyai pH 7.01 ( 
mendekati pH netral) dan larutan penyangga yang kedua dipilih untuk menyamakan 
pH itu yang mencakup di mana pengukuran itu diambil: pada umumnya pH 10.01 
untuk larutan standard dan pH 4.01 untuk larutan asam ( Haruslah dicatat bahwa pH 
larutan kalibrasi hanya sah pada suhu 25°C). Perolehan hasil yang ditunjukkan pada

meter disesuaikan berulang-kali sebagai pemeriksaan secara berurutan dan 
ditempatkan pada dua kalibrasi yang baku sampai pembacaan akurat diperoleh pada 
kedua larutan. Pada instrumen modern sudah dengan sendirinya mengotomatiskan 
proses ini dan hanya memerlukan sekali saja pada setiap larutan, atau paling tidak 
dua kali. 
Proses Kalibrasi adalah hubungkan antara voltase yang diproduksi oleh alat 
pendeteksi (kira-kira 0.06 volt per pH unit) dengan skala pH. Setelah kalibrasi, alat 
pendeteksi dibilas dengan air deionized untuk menghilangkan jejak dari larutan 
alkali, dikeringkan dengan tisu bersih untuk menyerap semua sisa air yang bisa 
melemahkan sampel, dengan begitu, pada penggunaan berikutnya dapat dilakukan 
dengan cepat dan tinggal memasukkan ke dalam larutan saja. diantara penggunaan,

ujung alat pendeteksi, yang harus dijaga agar tetap basah setiap waktu, dan dijaga 
agar tetap terbenam volume larutan penyimpanan yang kecil, yang mana adalah 
suatu larutan acidic di sekitar pH 3.0. 
Namun sebagai alternatif, larutan kalibrasi dengan pH 7.01 dapat digunakan,

tetapi ini akan mengakibatkan suatu kebutuhan untuk kalibrasi yang lebih sering. Di 
(dalam) suatu keadaan darurat, air leding dapat digunakan, tetapi air destilasi atau air 
deionised harus tidak pernah digunakan untuk masukan yang lama sebagai tempat 
penyimpanan alat pendeteksi karena secara relatif air yang tanpa ion akan dapat ' 
menghisap' ion ke luar dari alat pendeteksi, yang dapat menurunkan ion pada alat

pendeteksi itu.





Rabu, 10 Oktober 2012


kelompok 1B.2

Rachmawati Atika Yuza (A.102.08.049)
Rakhel Yeska K (A.102.08.050)
Rizka Restya Sari (A.102.08.055)
Sakinah Nur Azizah (A.102.08.056)

CENTRIFUGE & VISCOMETER
Centrifuge adalah suatu alat yang digunakan untuk memisahkan senyawa dengan berat molekul yang berbeda dengan memanfaatkan gaya centrifuge. Dimana partikel yang berat akan tertinggal di dasar tabung dan dapat digunakan untuk suatu pemeriksaan.
Berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi:
1.General Purpose Centrifuge
Centrifuge yang biasanya diletakkan di meja yang digunakan untuk pemisahan urine, serum, plasma,dll.
2. Micro Centrifuge
3. Speciality Centrifuge
Speciality centrifuge merupakan centrifuge yang dipakai untuk keperluan yang lebih spesifik. Seperti microhematokrit  centrifuge dan blood blank centrifuge.

Viscometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur viskositas dari fluida . Untuk cairan dengan viskositas yang bervariasi dengan kondisi aliran , alat yang disebut rheometer digunakan. Alat ukur kekentalan hanya mengukur di bawah satu kondisi aliran.

Viscometer kapiler

Prinsip penggunaannya: viscositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara dua tanda ketika mengalir karena grafitasi melalui viscometer Ostwald.

Viscometer hoppler
 Prinsip penggunaannya: berdasarkan hukum stokes pada kecepatan bol maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya Archimedes.

Viscometer cup dan bob
Prinsip penggunaaannya: sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis di tengah tengah.

Selasa, 02 Oktober 2012


kelompok 1B.2

Rachmawati Atika Yuza (A.102.08.049)
Rakhel Yeskha (A.102.08.050)
Rizka Restya Sari (A.102.08.055)
Sakinah Nur Azizah (A.102.08.056)


MIKROSKOP

 

1 MIKROSKOP 

A. PENDAHULUAN

Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains,
khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati
obyek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan
manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Untuk mengetahui mikroskop maka perlu
diketahui komponen mikroskop, macam mikroskop, penggunaan dan pemeliharaannya.
 
B. MATERI

1. Komponen Mikroskop


 
a. Kaki

Kaki berfungsi menopang dan memperkokoh kedudukan mikroskop. Pada kaki
melekat lengan dengan semacam engsel, pada mikroskop sederhana (model student).

b. Lengan 

Dengan adanya engsel antara kaki dan lengan, maka lengan dapat ditegakkan atau
direbahkan. Lengan dipergunakan juga untuk memegang mikroskop pada saat
memindah mikroskop.

c. Cermin.

Cermin mempunyai dua sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin cekung, berfungsi
untuk memantulkan sinar dan sumber sinar. Cermin datar digunakan bila sumber
sinar cukup terang, dan cermin cekung digunakan bila sumber sinar kurang. Cermin
dapat lepas dan diganti dengan sumber sinar dari lampu. Pada mikroskop model baru,
sudah tidak lagi dipasang cermin, karena sudah ada sumber cahaya yang terpasang
pada bagian bawah (kaki).

d. Kondensor

Kondensor tersusun dari lensa gabungan yang berfungsi mengumpulkan sinar.

e. Diafragma

Diafragma berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk dengan mengatur
bukaan iris. Letak diafragma melekat pada diafragma di bagian bawah. Pada
mikroskop sederhana hanya ada diafragma tanpa kondensor.

f. Meja preparat

Meja preparat merupakan tempat meletakkan objek (preparat) yang akan dilihat.
Objek diletakkan di meja dengan dijepit dengan oleh penjepit. Dibagian tengah meja
terdapat lengan untuk dilewat sinar. Pada jenis mikroskop tertentu,kedudukan meja
tidak dapat dinaik atau diturunkan. Pada beberapa mikroskop, terutama model
terbaru, meja preparat dapat dinaik-turunkan.

g. Tabung.

Di bagian atas tabung melekat lensa okuler, dengan perbesaran tertentu (15X,
10X, dan 15 X). Dibagian bawah tabung terdapat alat yang disebut revolver. Pada
revolver tersebut terdapat lensa objektif.

h. Lensa obyektif

Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini
menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir. Ciri
penting lensa obyektif adalah memperbesar bayangan obyek dengan perbesaran
beraneka macam sesuai dengan model dan pabrik pembuatnya, misalnya 10X, 40X,
dan 100X dan mempunyai nilai apertura (NA). Nilai apertura adalah ukuran daya
pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga
mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang
terpisah.

i. Lensa Okuler

Lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung, berdekatan dengan
mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan
oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 - 25 kali.

j. Pengatur Kasar dan Halus

Komponen ini letaknya pada bagian lengan dan berfungsi untuk mengatur
kedudukan lensa objektif terhadap objek yang akan dilihat. Pada mikroskop dengan
tabung lurus/tegak, pengatur kasar dan halus untuk menaikturunkan tabung sekaligus
lensa onbjektif. Pada mikroskop dengan tabung miring, pengatur kasar dan halus
untuk menaikturunkan meja preparat.

2. Macam-macam Mikroskop

Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu
mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan cmikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo).
Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan
mikroskop elektron.

a. Mikroskop Cahaya



Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop mempunyai
kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya
memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan
lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa
berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop
terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah
tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang
ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop
yang lain. Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang
dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat dibawah kondensor.
Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada mikroskop modern
sudah dilengkapi lampu sebagai pengganti sumber cahaya matahari.

b. Mikroskop Stereo



Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda
yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda
yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi. Komponen utama
mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan
lensa obyektif. Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa
mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat
melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga
obyek yang tebal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa
obyektif menggunakan sistem zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali, sehingga
perbesaran total obyek maksimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat.
Pada daerah dekat lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator.
Pengatur fokus obyek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran
terletak diatas pengatur fokus.

c. Mikroskop Elektron



Sebagai gambaran mengenai mikroskop elektron kita uraikan sedikit dalam buku ini.
Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100 ribu kali, elektron digunakan sebagai
pengganti cahaya. Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu mikroskop elektron scanning
(SEM) dan mikroskop elektron transmisi (TEM). SEM digunakan untuk studi detil arsitektur
permukaan sel (atau struktur renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi. Sedangkan
TEM digunakan untuk mengamati struktur detil internal sel.




3. Penggunaan Mikroskop

Hal-hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan mikroskop
a. Selalu membawa mikroskop dengan dua tangan.
 b. Bila menggunakan preparat basah, tabung mikroskop selalu dalam keadaan tegak, berarti
meja dalam keadaan datar. Ini berlaku bagi mikroskop dg. Tabung tegak, tidak berlaku
untuk mikroskop dg. Tabung miring
c. Preparat basah harus selalu ditutup dg. Gelas penutup saat dilihat di bawah mikroskop
d. Selalu menjaga kebersihan lensa-lensa mikroskop termasuk cermin.
e. Bila ada bagian mikroskop yang bekerja kurang baik/hilang segera laporkan kepada
laboran.
f. Tidak dibenarkan melepas lensa-lensa mikroskop dari tempatnya.
g. Setelah selesai menggunakan mikroskop, pasang lensa objektif dg. Perbesaran paling
rendah pada kedudukan lurus ke bawah.
Bagaimana kita dapat mengamati suatu objek atau preparat dengan mikroskop?
Langkah yang dilakukan agar kita dapat mengamati suatu objek atau preparat dengan
menggunakan mikroskop
a. Pastikan meja preparat dalam keadaan datar dan lensa objektif perbesaran rendah,
dipasang pada kedudukan segaris sumbu dengan lensa okuler.
b. Melihat melalui okuler dengan satu mata (untuk mikroskop monokuler) dan dua mata
(untuk mikroskop binokuler). Sesuaikan cermin agar sinar cukup tersedia atau nyalakan
lampu serta sesuaikan jumlah sinar yang diperlukan. Sesuaikan lubang diafragma
sehingga sinar yang diterima mata optimal (tidak terlalu terang atau redup).
c. Jauhkan lensa objektif dari meja preparat dengan memutar pengatur kasar searah jarum
jam. Letakkan preparat di bawah objektif. Dengan melihat dari samping, sesuaikan lensa
objektif perbesaran rendah pada jarak kira-kira 1 cm dari preparat. Lihat lagi melalui
okuler, dan naikkan meja preparat dengan pemutar kasar kemudian gunakan pengatur
halus sampai preparat jelas terlihat.
d. Lihat lagi dr. samping, dengan hati-hati putar objektif dg perbesaran yg lebih tinggi
(misalnya 45x) pada kedudukannya. Perhatikan agar lensa tidak menyingung preparat,
kmd lihat lagi melalui okuler dan fokuskan preparat dengan memutar pemutar halus
secara perlahan ke arah berlawanan jarum jam. Sesuaikan pencahayaan.
e. Amati preparat, apabila perlu digambar
f. Bila pengamatan telah selesai putar revolver objektif ke perbesaran rendah, naikkan
tabung atau turunkan meja, setelah itu ambil preparat dari meja preparat.

4. Pemeliharaan Mikroskop

a. Mikroskop harus disimpan ditempat sejuk, kering, bebas debu, bebas dari uap asam-basa.
Tempat penyimpanan yang sesuai adalah kotak mikroskop yang dilengkapi silica gel,
yang bersifat higroskopis sehingga lingkungan mikroskop tidak lembab. Selain itu dapat
pula dalam almari yang diberi lampu
b. Bagian mikroskop non-optik dapat dibersihkan dengan kain flanel. Untuk membersihkan
debu yang terselip dapat dengan kuas kecil atau kuas lensa kamera, serta alat semprot
atau kuas lembut.
c. Bersihkan kotoran, berkas jari, minyak dan lain-lain pada lensa dengan menggunakan
kain lensa, tissue atau kain lembut yang dibasahi sedikit alkohol-ether atau isopropil
alkohol. Jangan sekali-kali membersihkan lensa dengan saputangan atau kain
d. Bersihkan badan mikroskop dan lengan dengan kain lembut dengan sedikit deterjen.
e. Sisa minyak imersi pada lensa objektif dapat dibersihkan dengan xilol (xylene). Hati-hati
xilol dapat merusak bahan plastik.
 

AzizaH miracle Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ways To Make Money Online | Surviving Infidelity by Blogger Templates