Kelompok 1B.2
Rachmawati Atika Yuza (A.102.08.049)
Rakhel Yeska K (A.102.08.050)
Rizka Restya Sari (A.102.08.055)
Sakinah Nur Azizah (A.102.08.056)
Rachmawati Atika Yuza (A.102.08.049)
Rakhel Yeska K (A.102.08.050)
Rizka Restya Sari (A.102.08.055)
Sakinah Nur Azizah (A.102.08.056)
Autoanalyzer
Dalam pemeriksaan laboratorium
klinik pratama dan Rumah sakit sekalipun umumnya untuk pemeriksaan Hematologi
Rutin saat ini sudah menggunakan alat otomatis. Beberapa merk dagang seperti
Sysmex, ABX micros 60, Mindray, Cell dyn dan lain sebagainya merupakan alat -
alat yang dapat memeriksa Hematologi secara keseluruhan.
Pemeriksaan dengan mesin penghitung
otomatis dapat memberikan hasil yang cepat. Namun, alat ini memiliki
keterbatasan ketika terdapat sel yang abnormal, misalnya banyak dijumpainya
sel-sel yang belum matang pada leukemia, infeksi bakterial, sepsis, dsb. Atau,
ketika jumlah sel sangat tinggi sehingga alat otomatis tidak mampu
menghitungnya.
Kelebihan
Hematologi Autoanalyzer
Dalam pemeriksaan Hematologi yang
dilakukan secara otomatis ini memiliki beberapa kelebihan seperti :
a.
Efisiensi Waktu
Pemeriksaan dengan menggunakan alat hematologi autoanalyzer dapat
dilakukan dengan cepat. Pemeriksaan hematologi rutin seperti meliputi
pemeriksaan Hemoglobin, hitung sel leukosit, Hematokrit, dan hitung jumlah sel
Trombosit jika dilakukan secara manual bisa memakan waktu 20 menit, bandingkan
dengan alat hematologi otomatis ini hanya memerlukan waktu sekitar 3 - 5 menit.
Efektifitas dan efisiensi waktu dalam mengerjakan sampel inilah yang diperlukan
oleh tempat - tempat pelayanan kesehatan dalam hal tanggap melayani pasien.
b.
Sampel
Pemeriksaan
hematologi rutin secara manual misalnya, sampel yang dibutuhkan lebih banyak
membutuhkan sampel darah (Whoole Blood). Manual prosedur yang dilakukan
dalam pemeriksaan Lekosit membutuhkan sampel darah 10 mikron, juga belum
pemeriksaan lainnya. Namun, pemeriksaan hematologi otomaitis ini hanya menggunakan
sampel sedikit saja.
Dalam beberapa kasus pengambilan
darah terhadap pasien kadang sulit mendapatkan darah yang dibutuhkan, namun
dengan penggunaan alat hematologi otomatis ini sampel darah yang digunakan bisa
menggunakan darah perifer dengan jumlah darah yang lebih sedikit.
Namun, tekhnik pengambilan darah
perifer akan saya tulis dilain waktu. :)
c.
Ketepatan Hasil
Hasil yang
dikeluarkan oleh alat hematologi analyzer ini biasanya sudah melalui quality
control yang dilakukan oleh intern laboratorium tersebut, baik di
institusi Rumah Sakit ataupun Laboratorium Klinik Pratama.
Kekurangan
Hematologi Autoanalyzer
Dibalik kelebihan -
kelebihannya ternyata hematologi autoanalyzer juga memiliki beberapa
kekurangan, seperti :
a.
Tidak dapat menghitung sel abnormal
Pemeriksaan oleh
hematologi autoanaluzer ini tidak selamanya mulus, namun pada kenyataannya alat
ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti dalam hal menghitung sel - sel
abnormal. Seperti dalam pemeriksaan hitung jumlah sel, bisa saja nilai dari
hasil hitng leukosit atau trombosit bisa saja rendah karena ada beberapa sel
yang tidak terhitung dikarenakan sel tersebut memiliki bentuk yang abnormal.
b.
Perawatan
Inilah hal yang
perlu diperhatikan oleh konsumen karena ada beberapa alat - alat yang bisa
dikatakan "bandel". Namun sebandel - bandelnya alat tersebut, tetap
saja harus mendapatkan perhatian khusus seperti ;
- Suhu ruangan
- Lakukan control secara berkala
- Selalu cek reagen ; Diliuent,
Rinse, Minidil, Minilyse, dlsb
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan alat ini, seperti :
- Sampel jangan sampai aglutinasi,
gunakan sampel darah yang sudah ditambahkan antikoagulan. Pastikan tidak ada
darah yang menggumpal karena akan merusak hasil jika terhisap.
Density
- Densitometer & Status Pengukuran
Dalam Fisika Optik, Density dari sebuah materi optik adalah nilai pembanding dalam rumusan logaritma (berbasis 10), nilai density ini tidak mempunyai satuan ukuran. Pembanding yang dimaksud adalah pembanding nilai antara besaran kuat cahaya yang dipantulkan / diteruskan dengan besaran kuat cahaya yang masuk pada panjang gelombang cahaya tertentu.
O
|
= nilai kepekatan (opacity)
|
T
|
= nilai transmittance
|
I0
|
= nilai kuat cahaya yang masuk
|
I
|
= nilai kuat cahaya yang
diteruskan / dipantulkan
|
Absorbance
|
Transmittance (I / I0)
|
|
0
|
1
|
|
0.1
|
0.79
|
|
0.25
|
0.56
|
|
0.5
|
0.32
|
|
0.75
|
0.18
|
|
0.9
|
0.13
|
|
1
|
0.1
|
|
2
|
0.01
|
|
3
|
0.001
|
Densitometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur Density suatu benda
yang memantulkan cahaya (reflection densitometer) atau yang meneruskan cahaya
(transmission densitometer); di dalam industri grafika densitometer digunakan
antara lain:
- Mengukur kepekatan film separasi (standard density:
>= D3.7)
- Mengukur kepekatan tinta cetakan, nilai density ini memiliki korelasi dengan ketebalan tinta tetapi tidak sepenuhnya porposional (Status T, nilai-nilai dibawah ini merupakan contoh anjuran salah satu pabrik tinta):
Bahan Cetakan / Methode Cetak
|
Cyan
|
Magenta
|
Yellow
|
Black
|
Kertas Coated /
Offset Lithography Lembaran |
1,40
|
1,50
|
1,10
|
1,70
|
Kertas Coated /
Offset Lithography Gulungan (heatset) |
1,30
|
1,40
|
1,00
|
1,55
|
Kertas Koran /
Offset Lithography Gulungan (non-heatset) |
0,90
|
0,90
|
0,85
|
1,05
|
Densitometer tidak dapat dipakai
untuk mengukur warna, karena nilai yang dipresentasikan berdasarkan panjang
gelombang cahaya tertentu (lihat fungsi diagram kepekatan); Sekarang ini
pengukuran kepekatan warna (density) digunakan alat pengukur warna seperti
Spectrophotometer yang mengukur data spektral warna, nilai density merupakan
hasil perhitungan dari data spektral tersebut.
Status T atau Status E
Dalam praktek sehari-hari status pengukuran di percetakan dikenal 2 macam status pengukuran yaitu Status T dan Status E. Status T banyak dipergunakan di Amerika sedangkan Status E dipergunakan di sebagian besar negara di Eropa.
Status T atau Status E
Dalam praktek sehari-hari status pengukuran di percetakan dikenal 2 macam status pengukuran yaitu Status T dan Status E. Status T banyak dipergunakan di Amerika sedangkan Status E dipergunakan di sebagian besar negara di Eropa.
Perbedaan kedua status pengukuran hanya pada filter biru yang dipergunakan untuk pengukuran density Yellow; pada status puncak T pemindaian warna Yellow (filter biru) ada di panjang gelombang 460 nm dan berakhir pada panjang gelombang 560 nm sedangkan pada status puncak E pemindaian tersebut berada di panjang gelombang 440 nm dan berakhir pada 540 nm.
Oleh karena itu apabila kita mengukur density dengan status T atau status E, perbedaan yang signifikan hanya pada warna Yellow saja. Sedangkan baik filter hijau yang mengukur density Magenta maupun filter merah yang mengukur density Cyan sama atau sangat mirip.
Catatan (tambahan): daftar nilai density warna tersebut diatas merupakan anjuran yang biasanya diberikan oleh pabrik tinta; dalam melakukan konsultasi di pressroom, ATGMI menyarankan untuk membuat daftar hubungan antara nilai density dan warna CIEL*a*b* pada kertas standar. Karena mengacu pada ISO 12647-2, maka ditentukan density mana yang paling mendekati nilai CIEL*a*b* sesuai dalam ISO 12647-2 tersebut, ini yang disebut Density Optimal
ANALISA
GAS DARAH ARTERI (Artery Blood Gases Analysis : ABGs)
Analisa
gas darah arteri berguna untuk mengkaji status oksigenasi klien (tekanan
oksigen arterial [PaO2]), ventilasi alveolar (tekanan karbondioksida
arterial [PaCO2]), dan juga untuk menilai keseimbangan asam basa.
Hasil dari pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan
penatalaksanaan oksigenasi klien, therapy oksigen, dan untuk mengevaluasi
respon tubuh klien terhadap tindakan dan therapy misalnya pada saat klien
menjalani weaning dari penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil
digunakan untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah. Nilai
yang diperoleh mereflekasikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.
ALAT
YANG DIPERLUKAN :
► Spuit 2 cc + 0,1 cc heparin
► Kapas alcohol dan kassa steril
► Tutup jarum dari karet
► Kain pengalas
► Tempat berisi es batu
► Formulir permintaan
PELAKSANAAN
A Tentukan tempat
yang akan dilakukan penusukan.
A Siapkan spuit
yang telah diisi heparin 0,1 cc heparin (pengisian dilakukan dengan menghisap 2
cc heparin, kemudian keluarkan kembali dan sisakan sebanyak 0,1 cc dalam
spuit).
A Lakukan
desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas alkohol.
A Tusukkan jarum
(450 untuk arteri radialis, 900 untuk arteri femoralis),
ketika jarum mengenai arteri, tidak diperlukan aspirasi karena darah akan
keluar dengan sendirinya.
A Setelah sampel
darah cukup, cabut jarum dan lakukan penekanan pada tempat penusukan. Penekanan
dilakukan selama 5 menit untuk arteri radialis dan 10 menit untuk arteri
femoralis.
A Segera setelah
dicabut, cek kemungkinan adanya udara yang terperangkap dalam spuit, bila ada
cepat keluarkan. Putar-putar
spuit diantara kedua telapak tangan agar tercampur merata dengan heparin.
A Segera jarum
ditutup dengan menggunakan tutup yang terbuat dari karet, simpan sampel darah
pada tempat yang diisi es batu dan segera kirimkan ke laboratorium.
A Formulir
pengiriman harus lengkap, jangan lupa mencantumkan suhu tubuh klien saat
pengambilan sampel darah.
PEMERIKSAAN
§ pH darah arteri
7,35 – 7,45
§ PaO2
80 – 100 mmHg
§ PaCO2
35 – 45 mmHg
§ HCO3-
22 – 26 mEq/l
§ Base
Excess (B.E) -2,5 – (+2,5) mEq/l
§ O2
Saturasi 90 – 100 %
INTERPRETASI
- Hipoksia
· Ringan
PaO2 50 – 80 mmHg
· Sedang
PaO2 30 – 50 mmHg
· Berat
PaO2 20 – 30 mmHg
- Hiperkapnia
· Ringan
PaCO2 45 – 60 mmHg
· Sedang
PaCO2 60 – 70 mmHg
· Berat
PaCO2 70 – 80 mmHg
0 komentar on " "
Posting Komentar